Masalah utama dalam usaha tani bawang merah di Indonesia ialah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang sangat merugikan. Kehilangan hasil karena serangan OPT pada bawang merah berkisar antara 20-100% dengan potensi kerugian secara ekonomi rerata nasional mencapai 138,4 milyar rupiah/ tahun (Udiarto et al 2005).
Salah satu penyebab penurunan hasil pada budidaya bawang merah adalah karena penyakit Moler. Menurut Dr Suryo Wiyono, peneliti di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, penyakit moler atau inul disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum. Serangan fusarium mengganas di musim hujan saat kondisi lembap. Moler menyerang saat tanaman berumur 30 - 45 hari. Ciri khas serangannya: daun mengkerut dan melintir. Umbi membusuk sehingga lama-kelamaan tanaman mati.
Bila penyakit ini terbawa pada benih, gejala awal terlihat pada tanaman
umur 5–10 hari setelah tanam. Jika penularan dari tanah, gejala tampak
pada tanaman umur 3 minggu setelah tanam. Tanda adanya penyakit adalah
tanaman menjadi cepat layu, akar tanaman busuk, tanaman terkulai seperti
akan roboh, dan di dasar umbi lapis terlihat koloni jamur berwarna
putih. Warna daun menjadi kuning dan bentuknya melengkung (moler).
Tanaman kurus kekuningan dan busuk bagian pangkal serta sasaran serangan
adalah bagian dasar dari umbi lapis. Daun bawang merah menguning dan
terpelintir layu (moler) serta tanaman mudah tercabut karena pertumbuhan
akar terganggu dan membusuk. Apabila umbi lapis dipotong membujur maka
terlihat adanya pembusukan berawal dari dasar umbi meluas ke atas maupun
ke samping.
Pengendalian
Cara pengendalian yaitu tanaman yang terserang segera dicabut dan dimusnahkan. Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya. Drainase di jaga sebaik mungkin dan kebersihan lingkungan dijaga. Pencegahan di daerah endemis Fusarium, perlu perlindungan benih dengan menaburkan fungisida dosis 100 gram/100 kg benih yang diberikan dua atau tiga hari sebelum tanam. Di daerah endemis sebelum tanam, tanah yang sudah diolah diberi fungisida seperti Fapam sebanyak 2 cc/l, untuk mematikan patogen dan Fusarium. Menggunakan pupuk organik plus agens hayati Trichoderma sp atau trichocompos serta Gliocladium sp yang ditaburkan pada bedengan sebelum tanam.
Cara penggunaan Trichoderma sp. ialah diberikan secara merata pada tanah, bersamaan dengan pemberian pupuk kandang. Sebaiknya satu minggu atau dua minggu sebelum pupuk kandang digunakan di lahan, pupuk kandang sebanyak 20-50 kg dicampuri Trichoderma sp. sebanyak 100 g. Selanjutnya, campuran pupuk kandang dan Trichoderma sp. Didiamkan selama 1-2 minggu di tempat yang teduh dan lembab, kemudian baru disebarkan di lahan sebagai pupuk dasar sebanyak 2-2,5 ton/ha lahan yang akan ditanami bawang merah.
Manfaat dan keunggulan Trichoderma sp. adalah memberikan dampak positif pada patosystem tanaman, membuat periode inkubasi penyakit menjadi lebih lambat, menurunkan intensitas penyakit, menurunkan kerapatan populasi patogen di dalam tanah, mudah cara penggunaannya, tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, baik di dalam tanah maupun pada aliran air sehingga aman bagi lingkungan, aman bagi manusia dan hewan piaraan, tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman, dan sangat sesuai digunakan sebagai komponen pertanian organik.
Sumber:
- www.indonesiabertanam.com
- www.trubus-online.co.
id - www.yogya.litbang.
pertanian.go.id - www.kabartani.com
Petani · Kabupaten Probolinggo
Penyuluh · Kabupaten Bogor
Petani · Kabupaten Sragen
Petani · Kabupaten Bogor
Penyuluh · Kabupaten Sleman
Petani · Kabupaten Probolinggo
Mahasiswa · Kabupaten Jepara
Pedagang · Kota Medan
Pedagang · Kota Medan
Petani · Kabupaten Kutai Kartanegara
Pedagang · Kabupaten Blora
Pedagang · Kabupaten Banjarnegara
Pedagang · Kabupaten Tuban